Label 1

Mengenal Komunitas Langit Tobo

Sekumpulan anak muda yang kebetulan semuanya bekerja sebagai jurnalis merasa gelisah dengan kondisi sosial ekonomi yang ada di sekitar ladang minyak dan gas bumi Bojonegoro. Mereka adalah Wahyu Rizkiawan, jurnalis Radar Bojonegoro (Jawa Pos Group), Muhammad Roqib, jurnalis Koran Sindo, Nasruli Chusna, penulis dan mantan jurnalis blok Bojonegoro, Muhammad Fatoni, jurnalis blokBojonegoro, dan Atok Rozaqy, jurnalis Suara Banyu Urip.

Mereka melihat masyarakat sekitar ladang migas banyak didera konflik dan gagap menghadapi perubahan yang sedang terjadi dari kehidupan berbasis agraris ke industri migas. Begitu pula para pemuda di sekitar ladang migas semuanya ingin menjadi pekerja di proyek migas meskipun hanya sebagai pekerja kasar. Masyarakat Bojonegoro tenggelam dalam geliat industri migas.

Sekumpulan anak muda itu tahu industri migas tidak akan selamanya ada, suatu saat akan habis. Industri migas juga tidak akan mampu menyerap semua tenaga kerja dari sekitarnya. Menyadari hal itu, sekumpulan anak muda itu lalu membuat wadah yang ingin memberi kontribusi pada masyarakat sekitar. Wadah yang mampu menjadi sarana saling belajar, komunikasi, sekaligus motor penggerak perubahan. Kemudian, setelah ditimbang akhirnya dipilihlah nama Langit Tobo.

Mengapa namanya Langit Tobo?. Sebenarnya sederhana saja, nama Tobo sudah melekat dalam ingatan masyarakat yang tinggal di daerah Purwosari, Gayam, Padangan, Tambakrejo dan sekitarnya. Orang sudah biasa menyebut pertigaan Purwosari dengan nama telon Tobo, kemudian pasar Purwosari dengan nama pasar Tobo, dan juga ada nama Stasiun Tobo. Secara geografis dan administrasi sebenarnya Tobo adalah dusun yang ada di tengah hutan Kendung, masuk Kecamatan Padangan. Tetapi, nama Tobo ini sudah menjadi bagian dari sejarah masyarakat Bojonegoro barat. Kemudian, nama Langit dipilih karena menandakan gerakan ini bercita cita mulia, meluhurkan keilmuan dan pengetahuan.

Langit Tobo berdiri pada tanggal 26 Februari 2015. Kemudian, para pendirinya sepakat membagi tugas agar gerakan ini lebih efektif. Yakni Wahyu Rizkiawan ditunjuk sebagai ketua dan Nasruli Chusna ditunjuk sebagai sekretaris. Gerakan Langit Tobo awalnya ada tiga bidang yaitu keilmuan, jurnalistik, dan sastra. Kemudian, Muhammad Roqib ditunjuk sebagai koordinator bidang keilmuan, Muhammad Fatoni dan Atok Rozqy ditunjuk sebagai koordinator bidang jurnalistik, dan Wahyu Rizkiawan merangkap koordinator bidang sastra.

Komunita penggerak baca dan karya Langit Tobo lantas membuat kegiatan bulanan. Pada pertemuan pertama mengadakan kajian tentang sejarah pers Indonesia yang diadakan sederhana di rumah Fatoni di Dukuh Bringan, Ngraho. Ternyata antusiasme para pemuda cukup banyak. Kemudian, bulan berikutnya mengadakan kajian bertema sejarah minyak Bojonegoro di tempat yang sama. Ternyata antusiasme pemuda dan masyarakat juga bagus. Langit Tobo berusaha menghadirkan kajian yang menarik secara rutin dan menghadirkan narasumber yang kompeten. Tujuannya agar para pemuda di sekitar ladang migas dapat pengetahuan baru serta meningkat kemampuan keilmuannya.

Seiring berjalannya waktu, Langit Tobo semakin dikenal dan diterima baik oleh pemuda dan masyarakat. Gerakan Langit Tobo juga semakin dinamis. Kini, Langit Tobo bukan hanya melakukan gerakan di bidang keilmuan, sastra, dan jurnalistik belaka melainkan juga gerakan karya kreatif. Langit Tobo membuat desain kaos-kaos bertema kekhasan lokal dan kearifan lokal lalu dijual kepada peminatnya. Ternyata, produk-produk kaos Langit Tobo juga laris manis.

Langit Tobo dalam menjalankan gerakannya ini berusaha mandiri, tidak ingin bergantung dengan pemerintah maupun perusahaan minyak. Dengan begitu, Langit Tobo bisa leluasa melakukan aktivitas yang membangun masyarakat.

Langit Tobo kini juga diisi anak-anak muda yang kreatif. Anak-anak komunitas stand up comedy juga bergabung di Langit Tobo sehingga memberi warna tersendiri. Terakhir Langit Tobo mengadakan acara pemutaran film, musik akustik, dan juga penampilan stand up comedy. Langit Tobo selain mengajak para pemuda dan masyarakat untuk maju dan berkembang, juga menghibur.

Bukan hanya itu saja, Langit Tobo juga membuka perpustakaan bagi anak-anak yang tinggal di sekitar Sungai Bengawan Solo. Perpustakaan itu dinamai Perpustakaan Tepi Bengawan (PTB). Perpustakaan ini meminjami buku-buku sastra, sejarah, ensiklopedia, buku cerita, dan lainnya bagi anak-anak yang setiap hari menyeberangi sungai.

Pada bulan Juni mendatang Langit Tobo bakal mengadakan kajian bertema sastra dan budaya Amerika dengan narasumber Bridget Ginty, lulusan Hubungan Internasional dan Antropologi Budaya George Washington University. Kajian ini rencananya diadakan di Balai Desa Sedah Kidul, Kecamatan Purwosari. Selain kajian, juga ada acara hiburan yakni penampilan music akustik, kesenian ludruk Sendang Potro, pantomime, dan stand up comedy. Setiap acara Langit Tobo berusaha dihadirkan acara hiburan agar lebih menarik.

Kini anggota Langit Tobo berjumlah 32 orang terdiri dari para pemuda, pegiat karang taruna, jurnalis, aktivis, seniman, dan budayawan. Anggota Langit Tobo akan terus berkembang. Gerakan Langit Tobo yang semula identik dilakukan oleh anak-anak muda di daerah Bojonegoro barat kini juga mulai merambah ke Bojonegoro kota.

Langit Tobo adalah gerakan kombinasi yang unik. Yakni, gerakan baca dan karya. Langit Tobo bercita-cita ingin menghadirkan Bandung di Bojonegoro. Maksudnya, Bandung yang dikenal dengan industri kreatifnya. Langit Tobo menjadi pusat segala saluran karya kreatif. Bojonegoro menjadi paris van javanya di Jawa Timur.

Adapun anggota Langit Tobo terdiri dari :

  •     Wahyu Rizkiawan
  •     Nasruli Chusna
  •     Muhammad Roqib
  •     Muhammad Fatoni
  •     Atok Rozaqy
  •     Kak Didik
  •     Kak Edy
  •     Novi Purwosari
  •     Yud Barotut Taqiyah
  •     Erliza Achmad Akbar
  •     Muhammad Kundori
  •     Abidin
  •     Atiek Setiawan
  •     Didik Wahyudi
  •     Awe Saiful Huda
  •     Yudha Satria Aditama
  •     Wisam
  •     Fajar STM
  •     Dita Afuyal Ulya
  •     Djaswadi
  •     Wulan Purnamawati
  •     Malik Mulki
  •     M Yazid
  •     Subkhan
  •     Muiz
  •     Aguk Sudarmojo
  •     Tyo
  •     Daeng Delongge
  •     Ahmad Sampurno
  •     Gilang
  •     Gaton
  •     Andi Widianto

Gerakan Langit Tobo akan terus berproses, belajar, dan mencari bentuk yang ideal. Komunitas penggerak baca dan karya yang dimotori anak anak muda ini tak akan berhenti berkarya. Indonesia negeriku, Langit Tobo gerakanku. Langit Tobo mah gerakannya gitu. Salam (KIM Cr)

Post a Comment

0 Comments