KIM Citrorejo -Oleh Kang Yoto
Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh.
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
Yang saya hormati seluruh peserta upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila.
Yang terhormat saudara PNS, tokoh masyarakat, tokoh agama, seluruh
siswa-siswa yang saya cintai, serta para wartawan, hadirin dan undangan
yang berbahagia.
Alhamdulillah, marilah kita senantiasa bersyukur ke hadirat Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita, sehingga hari ini, secara serentak kita akan memperingati
Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober tahun 2015.
Mengapa hari ini kita peringati Hari Kesaktian Pancasila?
Pertama, inilah cara kita menghagai para leluhur kita yang merumuskan
nilai-nilai luhur untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, bila
kita cermati dan hayati, kita semakin menyadari bahwa sesungguhnya
kelima nilai dalam sila Pancasila itulah obat penyakit bangsa Indonesia,
termasuk penyakit kita semua. Serius dalam ber-Tuhan, wujudkan
kemanusiaan dalam pergaulan dan pembangunan, persatuan dalam perbedaan,
permusyawaratan yang mengedepankan hikmat dan kebijaksanaan, bukan
permusyawaratan yang mengedepankan ego dan poko'e. Keadilan
bukanlah kata-kata kosong, tapi harus kita wujudkan dalam cita-cita
pembangunan, perencanaan, pelaksanaan dan pergaulan dari tingkat paling
kecil, keluarga, sekolah, kantor, desa dan antar desa.
Kita semua mengakui bahwa, disamping telah mempersatukan kita sebagai
bangsa dan negara secara utuh, Pancasila memperkuat sendi-sendi
kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik masyarakat kita. Nilai-nilai
Pancasila telah membuat masyarakat kita semakin matang dalam kehidupan
politik sebagaimana telah kita tampilkan dalam Pemilu beberapa waktu
yang lalu. Hal ini juga sekaligus menepis seolah-olah Pancasila kurang
memperoleh perhatian bersama sejak Reformasi 1998. Oleh sebab itulah,
tema peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 2015 ini, "Kerja Keras dan Gotong Royong Melaksanakan Pancasila" sangatlah tepat.
Kenyataan sosial politik seperti ini sudah seharusnya meneguhkan
sikap kita bahwa Pancasila adalah sumber nilai jati diri bangsa
sekaligus fondasi negara kita. Sebagai falsafah negara, Pancasila
menjadi acuan kita dalam mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan
sejahtera.
Saudara-saudara Sebangsa dan Setanah Air Yang Saya Muliakan,
Salah satu fenomena dalam era Globalisasi adalah terjadinya lintas
batas nilai-nilai antar-bangsa bahkan antar komunitas atau
kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kecil. Di antara nilai atau
faham yang melintas-batas itu adalah radikalisme.
Inilah paham yang wujudnya adalah merasa benar sendiri, menganggap orang
lain salah dan layak dihukum, dihinakan. Sudah tentu radikalisme dan
faham sejenis lainnya sangatlah bertentangan dengan Pancasila yang
sangat menghormati dan menghargai kebhinekaan.
Kita harus bersyukur dan terus memperkuat Pancasila yang telah
menunjukkan dan memungkinkan kita hidup berdampingan secara damai,
harmonis dan penuh toleransi dengan siapa saja yang berbeda latar
belakang agama, suku, ras, adat istiadat dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sekaligus, kita harus mengikis benih dan tumbuhnya
nilai-faham radikalisme dan sejenisnya. Gerakan 30 September yang
dilancarkan oleh PKI dengan tujuan antara lain ingin mengganti Pancasila
dengan ideologi komunis, dan respon ikutannya yang kejam adalah
gerakan radikalisme yang telah membawa korban yang tak ternilai dan
merupakan lembaran hitam dalam sejarah Republik Indonesia.
Saudara-saudara Sekalian Yang Saya Hormati,
Kita semua, tentu ingin membangun bangsa yang berperadaban unggul,
yang salah satu cirinya adalah bangsa yang mampu menunjukkan karakter
dan jati dirinya, tanpa harus kehilangan kesempatan dan kemampuan
berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain, sekaligus mampu
mengaktualisasikan makna yang dikandungnya sesuai dengan perkembangan
zaman. Dengan demikian, Pancasila menjadi sistem nilai yang hidup. Untuk
itu, kita harus terus-menerus menumbuhkembangkan nilai-nilai Pancasila
kepada semua generasi, utamanya para generasi penerus bangsa Indonesia
yang kita cintai ini.
Dalam konteks yang demikian, maka mari kita wujudkan dan didikkan Pancasila sebagai: nilai etika dan moral.
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, sebuah
filosofi yang bila kita lacak berakar pada agama yang dihayati oleh
masyarakat Indonesia dan juga kebudayaan yang sangat pluralis. Dengan
kata lain, dapat dipahami juga bahwa ada spirit nilai yang sangat super
bahwa masyarakat Indonesia untuk menyandarkan selalu dalam kehidupannya
pada pemilik kekuasaan bumi seisinya ini.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
banyak spirit yang muncul. Dalam hal ini misalnya Hak Asasi Manusia,
toleransi, kerukunan hidup antarwarga/antaragama, kerjasama global untuk
kemakmuran dan perdamaian. Sebenarnya apa yang tercantum dalam sila
kedua ini mengharuskan kita sebagai masyarakat Indonesia untuk saling
menjaga etika, menjunjung sportivitas dalam hubungan dalam keseharian
Sila ketiga, mari kita wijudkan dan ajarkan: saling menghargai
perbedaan, kemauan untuk bersatu, menghormati simbol-simbol negara
persatuan, rasa bangga sebagai orang Indonesia. Hal-hal itulah yang
tergambar dari sila Persatuan Indonesia. Jangan sampai
persatuan hanya dimulut atau di atas kertas saja. Jangan kita acuhkan
sila ketiga ini. Jangan mudah tersulut kebencian hanya karena beda
partai, suku, pemimpin atau karena primordial sempit.
Sila keempat, bila kita mencermati sila keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan,
sangat mulia untuk kita implementasikan dalam dunia nyata. Inilah Nilai
demokrasi yang sesungguhnya. sikap yang populis (memihak kepada
kepentingan rakyat), rakyat bukan hanya sebagai pemanis dan pembenar,
sementara esensi yang dihasilkan dalam permusyawatan jauh dari semangat
memperdayakan dan menyejahterakan rakyat.
Sila Kelima , spirit nilai yang muncul dari sila kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
sangat penting juga. Rasa solidaritas sosial sebagai satu bangsa,
kerjasama dalam menanggulangi masalah nasional (gotong royong) adalah
nilai-nilai yang akan selalu relevan sampai kapanpun. Meskipun
nilai-nilai itu sudah kian luntur dalam aktualisasi nyata dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara. Dan dalam konteks yang demikian perlunya
adanya pemahaman yang konkret manakala bangsa kita ini tercabik-cabik
adanya krisis ekonomi seperti saat ini.
Mari kita wujudkan karakter berkeadilan sejak kecil, hanya dengan
terwujunya rasa keadilan maka ikatan batin sesama kita akan kuat,
solidaritas dan partisipasi akan meningkat.
Saudara-saudara Sekalian Yang Saya Muliakan,
Akhirnya, melalui peringatan Hari Kesaktian Pancasila
yang kita peringati setiap tahun haruslah kita jadikan sebagai upaya
melestarikan, mengamalkan, mengembangkan dan mempromosikan Pancasila
sebagai sumber nilai, Pancasila sebagai obat sosial, semangat untuk
membangun sikap dan komitmen diri dalam membangun Bojonegoro yang
berkelanjutan. Mari kita wujudkan Pancasila dapat menyatu dalam gerak
nadi dan derap seluruh kehidupan masyarakat Bojonegoro. Mari kita
jadikan Hari Kesaktian Pancasila tahun ini, harus bisa sebagai pemicu
semangat menjadikan masyarakat Bojonegoro sehat, cerdas, produktif, dan
bahagia.
Selamat Hari Jadi Bojonegoro yang ke-338, semoga Allah selalu merahmati dan memberkati seluruh rakyat Bojonegoro.
Amin
Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Bojonegoro,1 Oktober 2015
BUPATI BOJONEGORO
0 Comments